“Kita tidak bisa menutup mata. Kasus kekerasan bisa terjadi di mana saja—bahkan di dalam rumah sendiri. Saya ingin para peserta hari ini pulang membawa pemahaman yang tidak hanya akademik, tapi juga empatik,” ujar Bupati Dian.
SangajiNews.com, Kuningan – Upaya menekan angka kekerasan terhadap perempuan dan anak terus menjadi perhatian serius di Kabupaten Kuningan. Sebagai respons nyata terhadap kondisi tersebut, Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak (DPPKBP3A) menggelar Pelatihan Manajemen dan Penanganan Kasus dalam Rangka Layanan Perlindungan Perempuan yang Memerlukan Perlindungan Khusus, pada Selasa, 17 Juni 2025, bertempat di Aula Kantor BJB Cabang Kuningan.
Kegiatan ini dilaksanakan melalui UPTD Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) dan melibatkan berbagai unsur strategis, seperti civitas akademika, guru Bimbingan Konseling (BK) tingkat SMA/SMK/MA, pengelola Sanggar Kegiatan Belajar (SKB), serta mitra kerja UPTD PPA lainnya.

Dalam laporannya, Kepala UPTD PPA Kabupaten Kuningan, dr. Yanuar Firdaus Sukardi, M.Kes., membeberkan data mencengangkan: sejak tahun 2022 hingga Mei 2025, telah terjadi ratusan kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak.
“Pada tahun 2025 hingga bulan Mei, kami sudah menangani 67 kasus kekerasan terhadap anak dan 26 kasus kekerasan terhadap perempuan. Sejak hadirnya program Kusapa, laporan terus bertambah. Ini bukti bahwa kasus-kasus yang sebelumnya tersembunyi, kini mulai terbuka,” ungkapnya.
Menanggapi hal tersebut, Bupati Kuningan, Dr. H. Dian Rachmat Yanuar, M.Si., menegaskan bahwa peningkatan laporan bukanlah hal yang mengkhawatirkan, tetapi justru mencerminkan meningkatnya kesadaran masyarakat. Ia menilai pelatihan ini menjadi momentum penting untuk memperkuat kapasitas mitra lapangan dalam menangani korban secara holistik.

“Kita tidak bisa menutup mata. Kasus kekerasan bisa terjadi di mana saja—bahkan di dalam rumah sendiri. Saya ingin para peserta hari ini pulang membawa pemahaman yang tidak hanya akademik, tapi juga empatik,” ujar Bupati Dian.
Dalam suasana yang penuh keprihatinan sekaligus semangat perubahan, Bupati Dian juga membagikan kisah menyentuh tentang seorang anak yang dianiaya oleh ayahnya hanya karena mencoret-coret mobil baru.
“Kisah ini bukan terjadi di Kuningan, tapi sangat relevan. Ini adalah potret dari emosi yang tak terkendali. Seorang ayah yang gagal menjadi pelindung karena tidak mampu mengelola tekanan,” ucapnya lirih, namun tegas.
Tak lupa, Bupati menyampaikan harapan besar pada pejabat baru di DPPKBP3A, Bapak Deni, untuk membawa perubahan signifikan dalam menghadapi tantangan pelik ini.

“Selamat mengemban amanah, Pak Deni. Saya yakin Pak Deni bisa. Ini tantangan besar sebagai pejabat baru, tapi juga kesempatan besar untuk memberi dampak positif,” tuturnya penuh harap.
Pelatihan ini menghadirkan para ahli di bidangnya, termasuk Psikiater dr. Aghraini, Sp.KJ., M.M.Kes. dan Psikolog Sri Niprianti, S.Psi., Psikolog, yang menyampaikan strategi penanganan korban, teknik komunikasi trauma, dan pendekatan interdisipliner dalam pendampingan kasus.
Lebih jauh, Bupati Dian menyoroti akar masalah kekerasan yang seringkali bersumber dari ketidakmampuan mengelola stres, tekanan ekonomi, hingga rendahnya kematangan mental saat menikah. Ia juga memperingatkan akan bahaya lingkungan eksklusif di lembaga pendidikan, serta fenomena LGBT yang mulai menyasar anak-anak, yang menurutnya membutuhkan respons bijak dari semua pihak.
“Perlindungan perempuan dan anak adalah tanggung jawab bersama. Tidak bisa diserahkan pada pemerintah semata. Saya ajak semua guru BK, tokoh masyarakat, dan keluarga untuk ambil bagian. Gunakan program Kusapa sebagai jembatan empati dan perlindungan,” pesannya dengan suara menggugah.
Dengan pelatihan ini, diharapkan terbangun jejaring yang solid dan sistem perlindungan yang lebih kuat, tidak hanya di kota, tapi hingga ke desa-desa pelosok Kabupaten Kuningan.

