“Damar Sewu adalah cahaya kehidupan. Ini bukan sekadar simbol, tetapi ajaran tentang bagaimana manusia hidup dengan terang nilai, kasih sayang, dan keseimbangan dengan alam,”
SangajiNews.com, Kuningan – Dalam suasana khidmat dan penuh makna, Peringatan Seren Taun 22 Rayagung 1958 Saka Sunda kembali digelar di Paseban Tri Panca Tunggal, Cigugur, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Meski berlangsung secara sederhana karena masih dalam suasana berkabung, semangat spiritual dan nilai-nilai luhur dari tradisi tahunan ini tetap menyala terang di hati masyarakat.
Hj. Tuti Andriani, S.H., M.Kn., Wakil Bupati Kuningan, yang hadir dalam acara tersebut didampingi pejabat lintas sektor—termasuk Kabid Pemasaran Disporapar, Kabid Kebudayaan, Kabid Kesehatan Masyarakat, dan Camat Cigugur—menegaskan bahwa substansi dan filosofi Seren Taun tetap kokoh meskipun digelar sederhana.
“Walau digelar sederhana, nilai luhur dari Seren Taun tetap menjadi pedoman kita menuju Indonesia Emas,” tutur Wabup Hj. Tuti Andriani dalam wawancara eksklusif dengan SangajiNews.com.
Rangkaian kegiatan budaya seperti Damar Sewu, Tari Puraga Baya, serta ritual Mesek Pare dan Siraman Baleg Kembang tetap dilaksanakan dengan penuh penghormatan dan kekhidmatan. Ritual-ritual ini melambangkan rasa syukur kepada Sang Pencipta atas hasil bumi, serta keharmonisan hidup manusia dengan alam semesta.
Tokoh budaya Cigugur, Abah Subrata, Sesepuh Paseban Tri Panca Tunggal, memberikan penjelasan mendalam mengenai makna dari setiap prosesi dalam Seren Taun.

“Damar Sewu adalah cahaya kehidupan. Ini bukan sekadar simbol, tetapi ajaran tentang bagaimana manusia hidup dengan terang nilai, kasih sayang, dan keseimbangan dengan alam,” ujar Abah Subrata bijak.
Tradisi Seren Taun Cigugur menjadi pilar pelestarian budaya Sunda yang kokoh hingga kini. Bukan sekadar upacara adat, tetapi perwujudan jati diri bangsa yang kuat, yang berkontribusi langsung pada pondasi moral dan spiritual menuju Indonesia Emas 2045.
SangajiNews.com senantiasa menyajikan narasi bernas, eksklusif, dan terpercaya, menyuarakan budaya dan nilai kearifan lokal dengan keberpihakan pada kebenaran dan kemanusiaan.