• Sel. Jul 15th, 2025

SANGAJI NEWS

memberikan informasi, faktual dan terpercaya

“Seren Taun 22 Rayagung: Doa, Duka, dan Harapan dari Tanah Leluhur Menuju Indonesia Emas”

Bysangaji news

Jun 19, 2025

“Kita harus senantiasa menjaga hubungan antar sesama manusia, dengan semesta, dan dengan Sang Pencipta. Hidup yang harmonis, selaras dengan alam, dan penuh kasih sayang, tergambarkan dalam Seren Taun ini.”


SangajiNews.com, Cigugur – Di tengah semilir angin pagi yang menyapu lembah Gunung Ciremai, halaman Gedung Paseban Cagur, Cigugur, menjadi saksi puncak kemuliaan budaya Sunda dalam perayaan Seren Taun 1958 Saka Sunda. Ribuan warga dari berbagai penjuru, baik dari dalam maupun luar Kabupaten Kuningan, tumpah ruah mengikuti upacara puncak Seren Taun 22 Rayagung, Kamis (19/06), yang tahun ini mengangkat tema penuh makna: “Nilai Luhur Tradisi Bangsa sebagai Pedoman Menuju Indonesia Emas.”

Momentum ini tidak hanya menjadi pesta budaya semata, tetapi juga ungkapan syukur spiritual yang penuh khidmat dan sarat makna, terlebih dalam suasana duka atas berpulangnya tokoh spiritual karismatik (Alm.) Pangeran Djatikusumah Maniswara Tedjabuwana Alibassa.

Ketua Panitia Seren Taun sekaligus tokoh adat Sunda Wiwitan, Pangeran Gumirat Barna Alam atau yang akrab disapa Rama Anom, menyampaikan pesan mendalam saat membuka acara:

“Puncak perayaan Seren Taun bukan sekadar penanda pergantian musim tanam dan panen, tapi wujud kesadaran spiritual dan syukur mendalam kita kepada Sang Pencipta atas limpahan berkah hidup.”

Ia juga menegaskan bahwa pelaksanaan tahun ini berlangsung lebih sakral dan khidmat sebagai bentuk penghormatan terhadap mendiang ayahandanya yang juga tokoh spiritual penting dalam adat Sunda Wiwitan.

Turut hadir dalam acara ini, Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Republik Indonesia, Fajar Riza Ul Haq, M.A, yang menyampaikan kekaguman dan harapan besar terhadap warisan budaya lokal sebagai pondasi pendidikan karakter:

“Dalam konteks pendidikan, kita memiliki tiga sumber nilai karakter: Pancasila, Agama, dan Budaya Luhur. Seren Taun adalah simbol bagaimana budaya menjadi sumber nilai yang hidup dan nyata.”

Beliau juga mengapresiasi hadirnya berbagai tokoh lintas agama dalam perayaan ini sebagai cerminan jiwa toleransi dan kebersamaan yang tinggi di tengah masyarakat adat Sunda.

Sementara itu, Bupati Kuningan, Dr. H. Dian Rachmat Yanuar, M.Si, yang turut hadir dan berbaur dengan masyarakat, mengajak seluruh warga untuk menjaga dan merawat warisan budaya ini:

“Kita harus senantiasa menjaga hubungan antar sesama manusia, dengan semesta, dan dengan Sang Pencipta. Hidup yang harmonis, selaras dengan alam, dan penuh kasih sayang, tergambarkan dalam Seren Taun ini.”

Ia pun menyampaikan optimisme besar melihat antusiasme generasi muda:

“Saya merasa bahagia karena banyak anak muda yang terlibat, memakai pakaian adat Sunda, menampilkan tari-tarian dan pertunjukan budaya. Saya optimis budaya Sunda akan terus terjaga dan lestari.”

Acara puncak ini menjadi ruang temu yang penuh berkah, di mana nilai adat, spiritualitas, pendidikan, dan semangat kebangsaan berkelindan dalam satu tarikan napas yang suci dan agung.


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *