• Sab. Jun 14th, 2025

SANGAJI NEWS

memberikan informasi, faktual dan terpercaya

“Nestapa Gunung Kuda: Teriakan Tanah, Isak Tangis Keluarga di Cipanas”

Bysangaji news

Jun 1, 2025

Kejadian tragis ini membuka kembali diskusi nasional tentang keselamatan tambang rakyat, pengawasan izin galian, dan mitigasi bencana berbasis komunitas.

SangajiNews.com, Cirebon — Suara deru alat berat dan jerit hati keluarga menyatu di kaki Gunung Kuda, Desa Cipanas, Kecamatan Dukupuntang, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, Jumat siang (30 Mei 2025), saat tanah menggulung hidup dan harapan dalam tragedi longsor tambang galian C. Sedikitnya 14 nyawa melayang, 7 luka-luka, dan 8 lainnya belum ditemukan dalam peristiwa yang menyisakan luka mendalam bagi masyarakat setempat.

“Ini bukan semata bencana alam. Ini teguran keras bagi kita semua tentang kelalaian manusia,” ujar Letkol Inf. Muhammad Yusron, Komandan Kodim 0620 Cirebon, dengan suara tegas namun penuh keprihatinan. Ia mengonfirmasi bahwa tiga kali longsor susulan terjadi hingga malam hari, yang memaksa tim gabungan SAR menghentikan evakuasi sementara demi keselamatan para personel.

Korban yang telah berhasil diidentifikasi langsung dibawa ke RSUD Arjawinangun dan diserahkan kepada keluarga yang menanti dengan mata sembab. Sementara tujuh korban luka mendapat perawatan intensif di RS Sumber Hurip. Satu per satu nama yang hilang dikonfirmasi oleh laporan dari keluarga dan aparat desa yang berjibaku sejak awal bencana.

Data dari Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Jawa Barat menyebut bahwa kawasan Gunung Kuda termasuk dalam zona merah rawan longsor. Tingkat kemiringan lereng yang mencapai lebih dari 36 derajat menjadi alarm nyata akan tingginya risiko pergerakan tanah di area tersebut. Sayangnya, peringatan itu tak cukup kuat menghentikan laju tambang.

“Kami sudah berkali-kali mengingatkan. Lereng itu sangat curam dan berbahaya,” tegas Dr. H. Dedi Rahman, M.T., Kepala Dinas ESDM Provinsi Jawa Barat, dalam keterangannya kepada media nasional. Ia menyebut pihak perusahaan sudah diberikan surat teguran beberapa waktu lalu.

Proses pencarian dilanjutkan Sabtu pagi, pukul 07.00 WIB, dengan mengerahkan tambahan alat berat. Tim gabungan dari TNI, Polri, Basarnas, dan relawan membagi titik pencarian ke dalam dua sektor: barat dan timur. Hanya operator alat berat yang diizinkan turun langsung ke lokasi longsoran, dan jika terdeteksi keberadaan korban, operator wajib segera melaporkan kepada tim evakuasi.

Di sekitar lokasi kejadian, Posko Pengaduan telah dibuka bagi warga yang kehilangan anggota keluarga. Warga diminta membawa KTP, Kartu Keluarga, dan dokumen pendukung lainnya untuk verifikasi data korban. Tangis dan pelukan menjadi pemandangan sehari-hari di posko tersebut.

Salah satu relawan dari komunitas siaga bencana lokal, Sudirman (45), mengatakan, “Yang paling menyayat hati adalah melihat seorang ibu menggenggam foto anaknya, berharap anaknya hanya pingsan, bukan tertimbun. Tapi tanah tak pernah memberi jawaban cepat.”

Kejadian tragis ini membuka kembali diskusi nasional tentang keselamatan tambang rakyat, pengawasan izin galian, dan mitigasi bencana berbasis komunitas. Pemerintah pusat diminta hadir, bukan hanya sebagai pengatur kebijakan, tetapi sebagai pelindung nyawa rakyat di lapangan.



Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *